Allohumma afini fii badani


Allohumma’afini fii badani

Menjadi ketetapan Alloh subhanahu wata’ala berupa hukum kausal, sebab akibat, adanya konsekuensi dari setiap keputusan dari pilihan yang selalu menghampiri.

Keramaian yang sekarang terjadi berupa penyelewengan dari hukum kausal, sedangkan hukum sebab akibat ini bersifat konstan, atau pasti. Pemaksaan seperti ini hanya manusia yang melakukan, karena beranggap segala sesuatu menjadi harus sesuai dengan kehendak personal.

Semisal dengan pemaksaan terhadap akibat yang disebabkan ketika berdo’a Allohumma ‘afini fii badani, yaitu sehat tanpa melakukan ikhtiar, berupa pilihan untuk berolahraga atau tidak melakukan olahraga, sampai terakumulasi menjadi usaha yang maksimal. Bila memang kita memutuskan memilih berolahraga, maka secara hukum kausal anda akan sehat sesuai dengan doa yang telah dilafadzkan. Namun bila yang anda pilih adalah hanya sekedar berdo’a tanpa melakukan olahraga, maka berdasar hukum sebab akibat kemungkinan sangat kecil, bahkan mencapai nol.

Dengan begitu, akan banyak kelucuan yang muncul berimbas dari pemaksaan hukum sebab akibat ini. Layaknya seorang yang ingin pintar tanpa belajar.


Sekedar Lafadz
Lemahnya ajakan untuk melakukan suatu aktivitas adalah bedanya antara ucapan dengan tindakan, tidak sinkronnya antara keinginan yang terdalam dari ajakan hati karena menginginkan sesuatu seperti ketenaran dan semacamnya dengan perilaku yang terjadi.

Begitupun disaat doa akan dipersembahkan dengan penampilan yang paling menarik dan diuntai melalui perkataan indah dan mengiba, bukti dari penghambaan dan ketergantungan, seharusnya paham betul atas doa yang akan dimunajatkan. Dari niat paling dalam, kemudian berbuah do’a dan konsekuensi dari do’a tersebut berupa ikhtiar dalam merealisasikan do’a tersebut.

Tidak lagi sekedar lafadz, allohuma ‘afini fii badani, namun ketulusan dalam merealisasikan do’a tersebut berupa pilihan dan usaha maksimal. Disini akan sangat terlihat siapa yang benar – benar menginginkan dari apa yang telah diucapkan. Bukan sekedar nafsu yang terselubung.


Mudahnya Lisan
Pernahkah terlintas dalam pikiran, lidah bertulang, akan sangat tidak nyaman dan pengeluaran suara pastinya akan datar dan tidak mempunyai intonasi dari setiap perkataan yang kita ucapkan. Dan ini adalah bukti seberapa cermatnya Alloh Subhanahu wata’ala mendesain manusia dengan bentuk penciptaan yang paling sempurna.

Akan tetapi, hasil dari kelincahan berucap akan menjadi boomerang bagi setiap lisan yang keluar dari mulut setiap orang. Doa telah terucap dan sering diucapkan, namun karena hanya lisan saja yang mengharapkan tidak berakar dari hati, tidak bermula dari penghambaan, maka itu hanya akan menjadi mubazir.

Setiap pagi dan petang selalu di lafadzkan Allohuma ‘afini fii badani, dan telah berlangsung sekian lama, namun karena hanya keringanan dari bibir yang berucap maka akan menjadi salah kaprah, tidak ada sinkronisasi dari doa dengan ikhtiar maka akibat dari harapan yang seharusnya menjadi sehat, kenyataannya akan berbeda.


Keluh Kesah
Melekat pada diri manusia sifat berkeluh kesah, inginnya mendapatkan hasil maksimal tapi tidak mau berusaha dengan optimal. Ingin bugar jasmani, namun malas untuk berolahraga.

Banyak yang berujar, saya kan tiap hari sudah berolahraga, mondar – mandir jalan dari lantai ke lantai, bukannya itu sudah olahraga.
Pernyataan bahwa hal seperti itu merupakan olahraga memang benar, namun yang menjadikan salah adalah disaat usaha untuk sehat hanya seperti itu, kenapa harus meminta kesehatan yang maksimal dengan bugar jasmani. Karena sebenarnya orang – orang seperti ini sudah terkena penyakit. Penyakit jiwa, karena menentang dan berusaha menyelewengkan hukum sebab akibat yang telah Alloh Subhanahu wata’ala desain dengan sempurna.

Kemudian dari itu semua, datanglah keluh kesah. Mengeluh karena tertimpa kesakitan.


Pijakan Ikhtiar
Kemudian langkah setelah berdoa adalah berikhtiar, jika ikhtiar diartikan sebagai usaha maksimal dan sebuah pilihan yang harus diputuskan, maka doa pastinya akan dijadikan pijakan ikhtiar sehingga akibat dari pengharapan dari itu semua yang berawal dari doa kemudian ikhtiar akan berbuah sehat.


Perubahan Dimulai Dari Diri Sendiri
Bila berkeinginan untuk sehat, maka harus berolahraga, dimulai dari perihal yang ringan, berjalan kaki dengan durasi tertentu sesuai dengan kekuatan awal, kemudian ditingkatkan dan terus ditingkatkan hingga dapat berlari dengan model jogging dan di tambah dengan olahraga lainnya. Dan hanya andalah sendiri yang bisa menyehatkan diri anda.

Dapat kita bayangkan bagaimana bila olahraga bisa dititipkan kepada oranglain, misal karena anda merasa tidak ada waktu untuk olahraga kemudian anda bayar orang untuk berolahraga dan efeknya akan serta merta ke diri anda, hasilnya anda berharap memiliki kondisi jasmani yang bugar dan sehat.

Dengan demikian akan terjadi penyelewengan besar – besaran terhadap hukum kausal yang telah Alloh subhanahu wata’ala tetapkan. Maka itu, tidak akan mungkin terjadi badan sehat tanpa berolahraga, dan olahraga tidak akan terjadi bila kita sendiri yang melakukannya, dan jelas bahwa perubahan pada diri kita adalah seberapa besar diri melakukan perubahan tersebut.

Jika anda mulai merubah kebiasaan setelah bangun tidur melakukan stretching maka keinginan anda untuk sehat telah terbuka. Dan setiap tindakan paling kecil apapun itu akan berefek kepada anda dan bisa jadi lingkungan disekitar anda ikut berimbas. Jadi, mulailah melakukan perubahan.


Hargai diri
Secara sengaja atau tidak bahwa hampir sebagian besar orang sering memaki diri. Sama hanlnya ketika datang sakit, yang terjadi kita akan memaki diri dengan mengeluh, menyalahkan makanan dan yang terparah adalah memaki diri dengan memaki orang lain.

Setiap do’a yang terucap akan muncul paksaan untuk ikhtiar, artinya pilihan untuk memfasilitasi agar terealisasi atau sebaliknya, hanya berdoa namun ingin hasil maksimal tanpa harus berusaha dengan maksimal, karena hukum kausal tetap berlaku.

Anda ingin sehat, bila sekedar berdo’a maka tidak akan terjadi dan anda akan membuat diri anda semakin sakit dengan selalu memaki – makinya, padahal anda sendiri yang telah memutuskan untuk sakit.

Berhentilah memaki diri, buat tersenyum, karena setiap organ dalam diri anda mempunyai kewajiban yang sama dan tergantung anda bagaimana mengelolanya, minimal dengan bersyukur dengan apa yang sekarang anda alami merupakan tindakan tepat ketimbang memaki diri.